Selamat datang di Golden World Blog. Semoga semua mahkluk hidup berbahagia. Sadhu Sadhu Sadhu.

Thursday, March 13, 2014

Arahanta Bhante Sivali MahaThera

Di zaman Buddha Padumuttara, Sivali dilahirkan sebagai orang biasa. Suatu hari ketika ia sedang mendengarkan Dharma, ia melihat Sang Buddha menunjuk seorang bhikkhu diantara bhikkhu-bhikkhu lain yang terkemuka, yang banyak memperoleh keuntungan/kebutuhan.

Setelah melihat kejadian ini, Sivali ingin mencapai prestasi yang sama dengan bhikkhu itu. Untuk itu ia mulai mempersembahkan dana kepada dan para siswanya, kemudian beraditthana (bertekad) untuk mencapai prestasi itu.

Setelah ia melihat keberhasilan dalam keinginannya itu, ia menyatakan bahwa dalam kehidupan yang akan datang akan menjadi seorang bhikkhu yang memperoleh banyak kebutuhan. Ia banyak melakukan perbuatan berjasa selama hidupnya dan setelah meninggal dilahirkan kembali ke alam dewa.

Setelah mengalami beberapa kali kelahiran, suatu saat ia dilahirkan pada zaman Buddha Vipasi, sebagai seorang umat awam di kota Bandhumati. Pada waktu itu seluruh warga kota tersebut biasanya mempersembahkan maha dana kepada Sang Buddha dan muridnya. Ketika mereka sedang mempersiapkan dana, mereka kekurangan susudan madu, sehingga seseorang diutus untuk mencari susu dan madu.

SUSU DAN MADU
Sementara itu seorang pedagang keliling sedang mengunjungi kota yang sama untuk menjual susu dan madu dan bertemu dengan seseorang yang sedang mencari susu dan madu. Pencari itu menawar berangsur-angsur harga madu dan susu itu dari satu sampai seribu rupee. Padang itu bertanya mengapa ia berani membayar mahal untuk susu dan madu itu. Orang tadi menjawab, bahwa mereka sedang kekurangan madu dan susu untuk mempersiapkan Maha Dana kepada Sang Buddha.

Pedagang itu kemudian menanyakan, apakah ia boleh ikut serta dalam berbuat jasa ini. Dan dikatakan ia diperbolehkan ikut ambil bagian dalam mempersembahkan Maha Dana. Setelah mendengar jawaban tersebut, pedagang itu menolak menerima uang dan langsung pergi mempersembahkan susu dan madu sendiri. Ia membuat addhitthana kembali untuk kelak menjadi seorang bhikkhu yang dapat menerima segala kebutuhan. Setelah Sang Buddha melihat kehidupan  selanjutnya, Beliau memberkahinya dengan mengatakan, ”Semoga keinginanmu terpenuhi”. 
 
Ia dilahirkan kembali pada zaman Buddha Gotama di suku Koliya. Setelah pembuahan dalam rahim Ratu Suppavasa, ratu menjadi sangat senang, dan beruntung menerima bermacam-macam hadiah dari keluarga dan kawan-kawannya. Disamping itu seluruh kerajaan menjadi makmur dan memperoleh panen yang banyak. Walaupun waktu untuk melahirkan telah tiba, Suppavasa masih juga belum melahirkan. Masa hamilnya demikian lama, tidak seperti biasanya.

Putri Suppavasa dari Kundakoliya sedang hamil selama tujuh tahun dan kemudian selama tujuh hari Ia mengalami kesakitan pada saat melahirkan Anak-Nya. Ia terus merenungkan Sifat-Sifat Khusus Sang Buddha, Dhamma dan Sangha. Ia menyuruh Suami-Nya pergi menemui Sang Buddha untuk memberikan Penghormatan dengan membungkukkan badan demi kepentingan-Nya dan untuk memberitahu Beliau tentang keadaan-Nya dengan berkata: "Sebelum Saya meninggal, Saya akan memohon sesuatu. Suami-Ku pergi dan ceritakanlah keadaan-Ku kepada Sang Guru dan undanglah dan apa yang di Katakan-Nya ingat baik-baik dan katakanlah kepada-Ku apa yang dipesankan Sang Guru".

Ketika diberitahu mengenai keadaan Putri tersebut, Sang Buddha berkata, "Semoga Suppavasa bebas dari bahaya dan penderitaan, semoga Ia melahirkan Anak yang sehat dan mulia dengan selamat".

Ketika Kata-Kata ini sedang diucapkan, Suppavasa melahirkan Anak di rumah-Nya. Pada hari itu juga, segera setelah Kelahiran Anak tersebut, Sang Buddha beserta beberapa Bhikku diundang untuk datang ke rumah-Nya. Dana makanan diberikan disana dan bayi yang baru saja lahir memberikan air yang sudah disaring kepada Sang Buddha dan Para Bhikku. Pada upacara Pemberian Nama, Putra tersebut diberi Nama Sivali, yang berarti 'Yang Menguntungkan'.

Untuk merayakan Kelahiran Bayi tersebut, Orang tua-Nya mengundang Sang Buddha dan Para Bhikku ke rumah Mereka untuk memberikan dana makanan selama tujuh hari.

Setelah 7 hari sejak Kelahiran-Nya, Ia dapat melakukan apa saja. Yang Arya Sariputra, Sang Dharmasenapati (Jenderal Dharma), berbicara kepada-Nya pada hari itu dengan berkata, "Tidakkah itu menunjukkan Sikap Seseorang yang telah mengatasi penderitaan seperti telah Engkau lakukan untuk meninggalkan duniawi?"

"Bhante, Saya akan meninggalkan duniawi". Gumam Sivali. Putri Suppavasa melihat Mereka berbicara dan menanyakan kepada Sariputra Thera, apa yang telah Mereka bicarakan. "Kami berbicara tentang penderitaan panjang yang telah diatasi oleh Sivali. Dengan izin-Mu, Saya akan menahbiskan-Nya", jawab Sariputra Thera. Putri Suppavasa berkata, "Itu baik, Yang Arya, tahbiskanlah Anak-Ku Sivali". Dan pada saat ditahbiskan, Yang Arya Sariputra Thera berkata, "Sivali, Engkau tidak menginginkan Nasehat lainnya selain sebab dari dukkha yang panjang yang telah Engkau atasi ? Pikirkanlah itu." "Bhante, Kata-Kata Bhante merupakan beban bagi penahbisan-Ku tetapi Saya akan menemukan apa yang pandai Saya lakukan", kata Sivali.

Ketika Anak-Nya tumbuh dewasa, Ia diterima dalam Pasamuan dan sebagai Bhikku, Ia dikenal dengan Nama Arya Sivali Thera.
Pada saat pertama Rambut-Nya dipotong, Dia mendapat hasil pada Jalan Pertama (Sotapatti-phala), saat yang kedua dipotong, Ia mencapai Jalan Kedua (Sakadagami-phala).
Ia mencapai tingkat Kesucian Arahat segera setelah Kepala-Nya dicukur. Kemudian, Ia menjadi terkenal sebagai Seorang Bhikku yang dengan mudah selalu menerima pemberian berjumlah besar, kendatipun Ia melakukan Pindapatta di desa yang sangat miskin sekalipun. Sebagai Bhikku penerima dana, Ia tidak terbandingkan sehingga Ia terkenal sebagai Bhikku Murah Rezeki.

Setelah Sariputra Thera menahbiskan-Nya, Bhikku Sivali pergi pada hari yang sama dan membuat tempat kediaman-Nya di gubuk serta bermeditasi pada keterlambatan Kelahiran-Nya yang sengsara. Dengan cara ini, Pengetahuan-Nya mencapai kedewasaan. Beliau masuk kedalam Pandangan Benar menghilangkan semua racun dalam pikiran, Beliau telah mencapai Arahat. Setelah mengalami kebahagiaan kebebasan, Beliau dalam Kebahagiaan mengucapkan Syair berikut:"Sekarang telah berhasil baik, semua Tujuan Tertinggi-Ku dalam mengasingkan Diri. Adat pengetahuan yang suci dan pembebasan, permintaan-Ku, semua kesombongan tersembunyi telah Kusingkirkan".

Pada suatu kesempatan, Para Bhikku bertanya kepada Sang Buddha, mengapa Sivali, dengan memiliki bekal menjadi Seorang Arahat, dilahirkan di dalam rahim Ibu-Nya selama tujuh tahun.

Kepada Mereka Sang Buddha menjawab, "Para Bhikku ! Dalam salah satu Kelahiran-Nya yang terdahulu, Sivali adalah Anak dari Raja yang kehilangan Kerajaan-Nya karena direbut oleh Raja lain. Dalam usaha-Nya untuk memperoleh kembali Kerajaan Mereka, Ia (Sivali) telah mengepung Kota Kerajaan atas nasehat Ibu-Nya. Sebagai akibat-Nya, orang-orang didalam kota itu kehabisan makanan dan air selama tujuh hari. Karena perbuatan jahat itulah, maka Sivali terkurung dalam rahim Ibu-Nya selama tujuh tahun. Tetapi sekarang, Sivali telah sampai pada akhir semua dukkha, Ia telah merealisasikan Nirvana".

Kemudian Sang Buddha membabarkan Syair 414 berikut:

"Yo' mam palipatham duggam samsaram mohamaccaga tinno parangato jhayi anejo akathamkathi anupadaya Nibbuto tamaham brumi Brahmanam."
Orang yang telah menyeberangi lautan kehidupan (samsara) yang kotor, berbahaya dan bersifat maya, yang telah menyeberang dan mencapai 'pantai seberang' (Nirwana), yang selalu bersamadhi, tenang, dan bebas dari keragu-raguan, yang tidak terikat pada sesuatu apapun dan telah mencapai Nirwana, maka Ia Kusebut Seorang 'Brahmana'.

Namo Arahato Sivali Vandana Gatha

Sivali ca mahathero devata nara pujito soraho paccaya dimhi
Sivali ca mahathero yakkha devabhi pujito soraho paccaya dimhi ahang vandami sabbada
Sivali terasa etang gunang savasti labhang bhavantu me

Sumber : Dhammapada dan Berbagai Sumber


No comments:

Post a Comment