Selamat datang di Golden World Blog. Semoga semua mahkluk hidup berbahagia. Sadhu Sadhu Sadhu.

Saturday, December 27, 2014

Kisah Konyol Tentang "Sang Maha Pencipta"

Didalam Kevaddha Sutta ( Sutta ke-11 dari Digha Nikaya ), Sang Buddha menceritakan sebuah kisah kepada Upasaka Kevaddha yang memberikan gambaran tentang keterbatasan-keterbatasan “Sang-Maha-Pencipta” yang oleh kaum Brahmana disebut “Maha-Brahma” ini.
Pada suatu ketika di antara para bhikkhu sangha terdapat seorang bhikkhu yang menjadi ragu-ragu sebagai berikut:
 
“Kemanakah empat unsur (mahabhutarupa) padat, cair, panas dan udara pergi, mengapa tanpa meninggalkan bekas.”
Bhikkhu itu mengembangkan batinnya dengan melakukan meditasi hingga ia memiliki kemampuan batin untuk mengunjungi dan berkomunikasi dengan para dewa.
Kemudian bhikkhu itu pergi ke alam dewa Catumaharajika menanyakan tentang kemana perginya empat unsur itu, namun para dewa tak dapat memberikan jawaban dan menyuruh bhikkhu itu untuk bertemu dengan Empat Raja Dewa yang lebih tinggi dan berkuasa daripada mereka.
Ia pergi menghadap Empat Raja Dewa dan menanyakan pertanyaan itu, namun Empat Raja Dewa tidak dapat menjawabnya dan menyuruhnya untuk pergi ke alam Tavatimsa.
Di alam Tavatimsa para dewa tak dapat menjawab pertanyaannya dan ia disuruh menghadap Sakka / Dewa Indra, raja alam dewa Tavatimsa. Sakka / Dewa Indra, juga tak dapat menjawab pertanyaannya.
Sakka menyuruhnya ke alam Yama, tapi para dewa alam Yama menyuruhnya menghadap Suyama, raja alam dewa Yama. Suyama tak dapat menjawab juga, maka ia ke alam dewa Tusita, menghadap Santusita; ke alam dewa Nimmanarati, menghadap Sunimmita, raja alam Nimmanarati; ke alam Parinimmita Vasavatti, menghadap Vasavatti, raja alam Parinimmita Vasavatti, yang tak dapat menjawab pertanyaannya juga.
Kemudian Ia disuruh pergi ke alam dewa Brahma, tetapi para dewa pengikut Brahma tak dapat menjawab pertanyaannya itu. Lalu para dewa pengikut Brahma ini menyuruhnya untuk menghadap dewa Maha Brahma “Yang Maha Kuasa”, “Maha Tinggi”, “Maha Tahu”, junjungan dari semua, “Pencipta”, “Pengatur”, “Asal Mula Segala Sesuatu” ( Sangkan-Paraning-Dumadi ), “Ayah dari Semua yang Ada dan yang akan Ada”. Oleh para dewa Brhama, Maha-Brahma dinyatakan lebih tinggi dan berkuasa daripada mereka.
Ia pergi menghadap “Tuhan” / “Maha Brahma” dan bertanya:
“Kemanakah empat unsur (mahabhuta), padat, cair, panas dan udara- pergi, mengapa tanpa bekas?”
Setelah Bhikkhu itu berkata, Maha Brahma menjawab:
“Bhikkhu, saya adalah dewa brahma yang maha kuasa, maha tinggi, maha tahu, junjungan dari semua, pencipta, pengatur, asal mula segala sesuatu, ayah dari yang ada dan yang akan ada.”
Kemudian bhikkhu itu berkata kepada Brahma:
“Saya tidak bertanya siapa anda, apakah anda itu benar seperti yang anda katakan. Tetapi yang saya tanya adalah kemanakah empat unsur itu pergi, mengapa tanpa bekas?”
Sampai tiga kali bhikkhu itu bertanya, namun Brahma tetap menjawab yang sama. Kemudian Brahma menarik bhikkhu itu ke sampingnya dan berkata:
“Para dewa pengikut Brahma ini berpendapat bahwa tidak ada sesuatu yang tidak saya ketahui, saya tahu semua, saya mengerti semua, tidak ada yang saya tidak realisasikan. Maka saya tidak menjawab di depan mereka. Bhikkhu saya tidak tahu jawaban ke mana empat unsur itu pergi, lenyap tanpa bekas. Bhikkhu, anda telah berbuat salah, telah bertindak salah karena anda telah melupakan Sang Buddha, anda telah bersusah payah mencari tahu hal ini, mencari jawaban untuk pertanyaanmu. Pergilah menghadap kepada Sang Bhagava. Terimalah jawaban apa pun yang akan diberikannya.”
Bhikkhu itu dalam sekejap lenyap dari alam Brahma dan muncul di hadapan saya, ia memberi hormat dan duduk. Setelah duduk ia bertanya kepada saya:
“Bhante, ke manakah empat unsur pergi, lenyap tanpa bekas?”
Saya menjawab: “Bhikkhu, pertanyaan itu jangan tanyakan seperti yang kau katakan. Tetapi sebaliknya anda harus bertanya,
‘Di manakah unsur padat, cair, panas dan udara,
Panjang dan pendek, halus dan kasar,
bersih dan tak bersih, tidak di temukan?
Di manakah jasmani dan batin dari orang meninggal,
pergi tanpa bekas?’
Jawabannya:
"Kebijakan Arahat, yang tak tampak, yang tanpa akhir, yang dapat dicapai dari beberapa sisi Di situlah unsur padat, cair, panas dan udara, Panjang dan pendek, kasar dan halus, bersih dan tak bersih, tidak ditemukan. Di situlah jasmani dan batin dari"
Di akhir dari khotbah, Upasaka Kevaddha menjadi senang dan gembira.

No comments:

Post a Comment