Sewaktu
Pangeran meningkat usianya menjadi 16 tahun, Raja memerintahkan untuk
membuat tiga buah istana yang besar dan indah, satu istana untuk musim
dingin (Ramma), satu istana untuk musim panas (Suramma) dan satu istana
untuk musim hujan (Subha). Kemudian Raja mengirimkan undangan kepada
para orang tua yang mempunyai anak gadis untuk mengirimkan anak gadisnya
ke pesta, di mana Pangeran akan memilih seorang gadis untuk dijadikan
istrinya. Namun para orang tua tersebut ternyata tidak mengacuhkannya.
Mereka mengatakan bahwa Pangeran tidak paham kesenian dan ilmu
peperangan, maka bagaimana ia kelak dapat memelihara dan melindungi
istrinya.
Ketika
hal ini diberitahukan kepada Pangeran maka Pangeran mohon kepada Raja
agar segera mengadakan suatu sayembara, di mana berbagai ilmu peperangan
dipertandingkan. Dalam sayembara itu, Pangeran bertanding melawan
pangeran-pangeran lain yang datang dari segenap penjuru negara Sakya
bahkan juga pangeran-pangeran dari negara-negara lain.
Semua pertandingan
seperti naik kuda, menjinakkan kuda liar, menggunakan pedang dan memanah
ternyata dimenangkan oleh Pangeran. Khusus dalam hal memanah Pangeran
tidak ada tandingannya. Untuk membentangkan busur yang dipakai oleh
Pangeran saja mereka tidak mampu, karena busur itu besar dan berat,
sehingga untuk membawanya ke tempat pertandingan harus digotong oleh
empat orang.
Dengan
mendapat sambutan yang meriah sekali dari para hadirin, Pangeran
dinyatakan sebagai pemenang mutlak dari sayembara tersebut.
Dalam
sebuah pesta besar yang kemudian diselenggarakan dan dihadiri oleh
tidak kurang dari empat puluh ribu gadis cantik, pilihan Pangeran jatuh
kepada seorang gadis bernama Yasodhara yang masih ada ikatan keluarga
dengan Pangeran karena ia adalah anak pamannya yang bernama Raja
Suppabuddha dari negara Devadaha dan bibinya Ratu Amita (adik Raja
Suddhodana).
Setelah
Pangeran Siddhattha menikah dengan Putri Yasodhara, maka kekuatiran Raja
Suddhodana agak berkurang, sebab Raja selalu ingat kepada ramalan dari
Pertapa Asita bahwa Pangeran kelak akan menjadi Buddha.
Dengan
pernikahannya ini Raja berharap Pangeran akan lebih diikat kepada
hal-hal duniawi. Sekarang tinggal menjaga supaya Pangeran jangan melihat
empat peristiwa tentang penghidupan, yaitu orang tua, orang sakit,
orang mati dan orang pertapa suci.
Karena
itu, Raja memerintahkan pengawal-pengawalnya agar Pangeran dijaga
jangan sampai melihat empat hal tersebut. Kalau ada dayangnya yang
sakit, maka dayang itu segera disingkirkan. Semua dayang dan pengawalnya
adalah orang-orang muda belia. Selanjutnya, Raja memerintahkan untuk
membuat tembok tinggi mengelilingi istana dan kebun dengan pintu-pintu
yang kokoh kuat dan dijaga siang malam oleh orang-orang kepercayaan
Raja.
Dengan demikian,
Pangeran Siddhattha dan Putri Yasodhara memadu cinta di tiga istananya
yang mewah sekali dan selalu dikelilingi oleh penari-penari dan
dayang-dayang yang cantik-cantik.
Raja
merasa puas dengan apa yang telah dikerjakannya dan berharap bahwa
pangeran kelak dapat menggantikannya sebagai Raja negara Sakya.
No comments:
Post a Comment